Sunday, October 7, 2018

MAKALAH
Fungsi - Fungsi Manajemen
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Pengantar Bisnis
Dosen Pengampu : Ambariyani M.E.SY







Disusun oleh :
Rizki Oktaviani               NPM : 181130064
Maulana firmansyah       NPM : 181130043
Program Study  :  Perbankan Syariah

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF
TAHUN 2018/2019



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik , dan hidayah-Nya, sehingga dapat tercipta sebuah makalah guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar bisnis
Makalah ini takkan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Ambariyani M.E.SY  selaku dosen mata kuliah Pengantar Bisnis
2.      Orang tua saya yang telah memberi motivasi, serta memfasilitasi dalam berjalannya penyusunan makalah ini, dan tentunya yang selalu mendo’akan demi kesuksesan anaknya ini.
3.      Seluruh rekan-rekan yang telah membantu, memotivasi  dalam penyusunan makalah ini
Dalam makalah ini Kami bermaksud menuturkan materi yang akan dikaji  dalam kegiatan belajar mengajar. Makalah ini bukanlah makalah yang sempurna, jadi tidak lepas dari sebuah kesalahan. Oleh karena itu, Kami  memohon kritik dan saran yang dapat membangun untuk masa yang akan datang.



Metro,  5 oktober 2018



(Rizki Oktaviani)




Daftar Isi

Kata Pengantar  ......................................................................................................... i

BAB I
Pendahuluan                                                                                                                1
1.1    Latar Belakang                                                                                                     1
1.2    Rumusan Masalah                                                                                                1
1.3    Tujuan Penulisan 1

BAB II
Kajian Teoritik
2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen    ............................................................................... 2
2.2 Teori Motivasi      ................................................................................................ 2
2.3 Teori  Kepemimpinan                                                                                            2


BAB III
Pembahasan
3.1Fungsi-Fungsi Manajemen     ............................................................................... 3
3.2langkah-Langkah Proses Pengendalian                                                                  3
3.3  Cara Pengendalian Yang Efektif        ................................................................. 4
3.4  Teori Kepemimpinan      ...................................................................................... 4
3.5  Teori Motivasi                                                                                                       9

BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan                                                                                                           17
4.2 Kritik Dan Saran       ...........................................................................................  17

Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Meningkatnya suatu perusahaan untuk  ketitik  jaya memerlukan bahkan sangat bergantung pada manajemen yang efektif  para manager di umpamakan sebagai pemandu untuk jalan nya perusahaan hingga sampai ke titik yang di tuju perusahaan. Disisi lain ada karyawan karyawan yang di butuhkan untuk mengelola suatu perusahaan, perusahaan tanpa ada pemandu tidak akan jalan  begitu pun dengan yang di  pandu, pleh sebab itu mengelola dan menjalankan suatu perusahaan membutuhkan  seseorang yang bisaa menangani secara profesional. Selain itu perusahaan membutuhkan karyawan atau pegawai yang memiliki berbagai keahlian guna mengurus perusahaan dengan efesien dan menguntungkan
Jika kita mengamati perusahaan perusahaan yang berhasil maka terlihat bahwa keberhasilan tersebut berkat kemampuan manajernya. Perkembangan dunia bisniss  ini menuntut agar para manajer memahami teknologi, mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan  dan dapat memotivasi karyawan serta menyadari arti penting kepuasan konsumen. Para manajer bertanggung jawab mengembangkan dalam mengembangkan strategi dan rencana taktis. Mereka juga harus menganalisis lingkungan persaingan serta menjalankan peranan atau tugas-tugas, kewajiban dan fungsi-fungsi management seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan/controling.
Dalam makalah ini kita akan membahas tentang fungsi fungsi management khususnya pada fungsi pengawasan atau pengendalian bagaimana langkah kita untuk meningkatkan kemudian mempertahankan keberhasilan suatu perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian fungsi management ?
2.      Apa saja fungsi-fungsi management ?
3.      Apa saja langkah-langkah management ?
4.      Bagamanakah  pengendalian management yang efektif ?
5.      Sebutkan beberapa teori-teori mengenai motivasi dan kepemimpinan !

1.3 Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini penulis bertujuan untuk membagi sedikit pengetahuan kepada pembaca mengenai hal-hal yang menyangkut management diantaranya, di harapkan agar pembaca mengetahui fungsi-fungsi management, menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam memanage dan mengendalikan perusahaan agar efektif serta di harapkan pembaca memahami beberapa teori  mengenai motivasi dan kepemimpinan yang akan di jabarkan dalam bab III dalam makalah ini.

BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Fungsi- Fungsi Manajemen
Menurut G.R Teryy dalam Winardi menyatakan, fungsi manajemen aadalah seerangkaian sub bagian tubuh yang berada di maajemen sehinga bagian-bagian tubuh tersebut dapat melaksanakan fungsi dalam mencapai tujuan organisasi fungsi-fungsi manajemen terdiri dari : Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Penggerakan (acting), Pengawasan (controling).

2.2 Teori Motivasi
·         Menurut Mc. DonaldMotivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yangditandai dengan munculnya ‘feeling’dan didahului dengantanggapan terhadap adanya tujuan.
·         Menurut Dr. Singgih DirgagunarsaMotivasi adalah dorongan atau kehendak yang menyebabkantimbulnya semacam kekuatan agar seseorang berbuat ataubertindak dengan perkataan lain karena tingkah laku tersebutdilatarbelakangi oleh adanya motif, maka disebut tingkah lakubermotivasi.

2.3 Teori Kepemimpinan
·         Robbins, 2002:163 Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperngaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan
·         Janda, 1960:358Kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai dengan presepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola prilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatan sebagai anggota kelompok




BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Fungsi – Fungsi Manajemen
            Fungsi – fungsi menejemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan di jadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Intinya fungsi managemen adalah serangkaian bagian-bagian daalam manajemen yang harus di aplikasika sehingga tujuan serta visi dan misi perusahaan dapat tercapai, adapun bian-bagian dalam manajemen tersebut lebih dikenal dengan (POAC).

3.2 Langkah - Langkah  dalam proses pengendalian
Mockler (1984) Membagi Pengendalian dalam 4 langkah yaitu :
1.Menetap standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja.
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih di dalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksaan rencana yang telah di tetapkan.
2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga peyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapay diketahui lebih dahulu.
3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai Dengan Standar
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatu nya berada dalam kendali.
4. Mengambil Tindkan Korektif
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan utnuk membetulkan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karenamanajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja,tindakan koreksi itu harus dikenakan.



3.3 Cara Pengendalian Yang Efektif
Cara-cara pengendalian :
1.       Pengawasan langsung
Adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah pekerjaan dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan target.
2.      Pengawasan tidak langsung
Adalah  jenis pengawasan jarak jauh dengan melalui laporan oleh bawahan baik secar lisan maupun tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil – hasil yang dicapai.
3.      Pengawasan berdasarkan pengecualian
Adalah pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan – kesalahan yang tidak biasa dari hasil atau standar yang diharapkan, pengendalian ini dilakukan dengan cara kombinasi pengendalian langsung dan tidak langsung oleh manajer.

3.4 Teori Kepemimpinan
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, (1998) semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin besar potensi kepemimpinan yang efektif.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
·         Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
·         Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Oleh karena itu, dalam proses kepemimpinan telah muncul beberapa teori kepemimpinan. Teori kepemimpinan dalam organisasi telah berevolusi dari waktu ke waktu ke dalam berbagai jenis dan merupakan dasar terbentuknya suatu kepemimpinan. Setiap teori menyediakan gaya yang efektif dalam organisasi.
Banyak penelitian manajemen telah menemukan solusi kepemimpinan yang sempurna. Hal ini menganalisis sebagian besar teori terkemuka dan mengeksplorasinya. Dalam teori kepemimpinan ada beberapa macam teori, diantaranya Great Man Theory, Teori Sifat, Teori Perilaku, Teori Situasional Hersey & Blanchard dan Teori Contingency (Teori Kemungkinan).
3.4.1 Teori – Teori dalam Kepemimpinan
·         Teori Sifat (Trait Theory)
·         Teori Perilaku (Behavioral Theory)
·         Teori Situasional Hersey & Blanchard

1.      Teori Sifat (Trait Theory)
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
·         Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa depan.
·         Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
·         Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
Adapun kelemahan dari seorang pemimpin pada teori sifat diantaranya :
·         Terlampau banyak sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin
·         Mengabaikan unsur Follower dan Situasi serta pengaruhnya terhadap efektivitas pemimpin
·         Tidak semua ciri cocok  untuk segala situasi
·         Terlampau banyak memusatkan pada sifat-sifat kepemimpinan dan mengabaikan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemimpin.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

2.      Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, di didik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Dasar pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) soerang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku :
ü  Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri-ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu, terdapat kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas orientasi.
ü  Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi yang berorientasi kepada bawahannya ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Bagaimana seorang pemimpin berperilaku akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nikai-nilai, dan pengalaman mereka (kekuatan pada diri pemimpin). Sebagai contoh, pimpinan yang yakin bahwa kebutuhan perorangan harus dinomorduakan daripada kebutuhan organisasi, mungkin akan mengambil peran yang sangat direktif (peran perintah) dalam kegiatan para bawahannya. Demikian pula seorang bawahan perlu dipertimbangkan sebelum pimpinan memilih gaya yang cocok atau sesuai.
3.      Teori Situasional Hersey & Blanchard
Teori kepemimpinan situasional, teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blanchard. Kepemimpinan situasional menurut Harsey dan Blanchard adalah didasarkan pada saling berhubungannya diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksankan tiugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu (Thoha, 1983:65).
Perilaku mengarahkan adalah tingkat dimana pemimpin mengorganisasikan para bawahan, memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana tugas-tugas dilaksanakan dan mengawasi bawahan secara ketat. Perilaku mendukung adalah bagaimana seorang pemimpin menjalin hubungan dengan anak buahnya serta keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan.
Kematangan anak buah adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak buah dalam menyelesaikan tugas dari pimpinan, termasuk didalamnya adalah keinginan atau motivasi mereka dalam menyelesaiakan suatu tugas.
Menurut teori ini pemimpin haruslah situasional, setiap keputusan yang dibuat didasarkan pada tingkat kematangan anak buah, ini berarti keberhasilan seorang pemimpin adalah apabila mereka menyesuaiakan gaya kepemimpinanya dengan tingkat kedewasaan atau kematangan anak buah.

4.      Teori Kemungkinan (Teori Contingency)
Ada kalanya teori sifat dan teori perilaku tidak sepenuhnya berfungsi dan berpengaruh terhadap efektifitas kinerja para karyawan. Teori kemungkinan menjelaskan tentang berbagai macam kepemimpinan yang berhubungan dengan situasi tertentu..
 Ada lima pendekatan dalam teori kepemimpinan ini.
v  Model contingency dari kepemimpinan yang efektifdikembangkan oleh Fiedler (1967). Menurut model ini, Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh system motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu. (Fiedler, 1974; 73).
v  Situasi yang mengungtungkan (situational favorableness), yaitu sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi situasi tertentu, ditentukan oleh tiga variable situasi, yaitu:
v  Hubungan pemimpin-anggota (leader-member relations): hubungan pribadi pemimpin dengna anggota kelompoknya. Variable ini ditaksir melalui jawaban pemimpin terhadap 10 sampai 20 skala semantic differential yang digunakan untuk menilai konsep dibatasi oleh sepasang kata sifat yang bipolar, dan suasana kelompok diharkat (rated) sesuai dengan dimana tempatnya pada garis bersinambung..
v  Struktur tugas (task structure). Derajat struktur dari tugas yang diberikan kepada kelompok untuk dikerjakan. Ciri ini ditaksir melalui empat skala pengharkatan yang dikembangkan oleh Shaw, yaitu tentang Gool Clariry, Gool-path multiplicity, decision Verifibility dan Decesion specificity (Fiedler & Chemers, 1974).
v  Kekuasaan kedudukan (position power). Kekuasaan dan kewenangan yang terkait dalam kedudukannya. Besar kecilnya variable ini diukir dengan suatu checklist, yang disusun oleh Hunt, yang terdiri dari 18 butir pertanyaan, yang dijawab oleh seorang penimbang (judge) yang terdiri (independent) dengan jawaban “ya” atau “tidak.  (Fiedler & Chemers, 1974).
Dalam kelompok interkasi dituntut koordinasi yang ketat dari para anggota kelompko dalam melaksanakan tugas-tugas utama mereka. Para anggota kelompok saling tergantung dalam arti bahwa sulit untuk menentukan koordinasi seseorang dalam mencapai tujuan kelompok.
Kelompok koaksi juga bekerja sama pada satu tugas bersama. Namun setiap anggota kelompok berdiri dan prestasi kerjanya tergantung pada kecakapan, keterampilan dan motivasinya sendiri.
Kelompok konteraksi terdiri dari orang-orang  yang bekerja sama untuk tujuan perundingan dan perujukan dari tujuan dan pandangan yang saling bertentangan.
3.4.2 Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan dan semangat untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Berikut akan dijelaskan macam macam teori motivasi

1.      Teori X dan Y
Menurut Mc Gregor organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan Theori Y. Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Teori ini juga menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:
1
Tidak menyukai bekerja
2
Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah
3
Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi.
4
Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5
Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi.

Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengarahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:
1
Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan Kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
2
Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3
Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4
Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5
.Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.

2.      Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

3.      Teori Hirarki Kebutuhan Alderfer (Teori ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 
Perbedaan Teori Maslow & Teori ERG
4.      Teori Dua Faktor
Teori Dua Faktor (juga dikenal sebagai teori motivasi Herzberg atau teori hygiene-motivator). Teori ini dikembangkan oleh Frederick Irving Herzberg (1923-2000), seorang psikolog asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi.
Frederick Herzberg menyatakan bahwa ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain ada pula faktor lain yang menyebabkan ketidakpuasan. Dengan kata lain kepuasan dan ketidakpuasan kerja berhubungan satu sama lain.
Faktor-faktor tertentu di tempat kerja tersebut oleh Frederick Herzberg diidentifikasi sebagai hygiene factors (faktor kesehatan) dan motivation factors (faktor pemuas).
Dua faktor ini oleh Frederick Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, dimana faktor intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi, yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Teori ini merupakan pengembangan dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Dan juga berhubungan erat dengan teori tiga faktor sosial McClelland.
Hygiene Factors
Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan. Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah gambaran kebutuhan fisiologis individu yang diharapkan untuk dipenuhi. Hygiene factors (faktor kesehatan) meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.
Motivation Factors
Menurut Herzberg, hygiene factors (faktor kesehatan) tidak dapat dianggap sebagai motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif. Faktor-faktor yang melekat dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik yang berharga pada motivation factors (faktor pemuas). Para motivator melambangkan kebutuhan psikologis yang dirasakan sebagai manfaat tambahan. Faktor motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan

5.      Teori Tiga Kebutuhan (McClelland)
Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur)

6.      Teori Penguatan ( BF Skinner)
Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu respondent behavior (perilaku responden),  ditimbulkan  oleh stimulus yang dikenali. Ketika ada stimulus, respon terjadi secara otomotis. dan operant behavior (perilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.
Respon yang tidak terkondisikan (bersyarat) atau unconditioned response adalah contoh dari perilaku responden karena respons ini ditimbulkan oleh stimuli yang tak terkondisikan, contoh dari perilaku responden adalah semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika tertusuk jarum, menutupnya kelopak mata saat terkena cahaya yang menyilaukan, dan keluarnya air liur saat ada makanan. Sedangkan perilaku operan pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia tanpa spontan. Contohnya adalah tindakan ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan, atau anak yang meninggalkan satu mainan dan beralih ke mainan lainnya. 
Bersama dengan dua macam perilaku tersebut, ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian tipe S yang juga dinamakan respondent conditioning (pengkondisian responden) dan tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan dinamakan tipe R karena penekanannya adalah pada respons. Pengkondisian tipe R dinamakan operant conditioning (pengkondisian operan).
Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian tipe R : (1) setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang; dan (2) stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan. Penguat adalah segala sesuatu yang meningkatkan probabilitas terjadinya kembali suatu respons.
Menurut skinner, organisme bernyawa akan senantiasa dikondisikan oleh lingkungannya. yang membiarkan prinsip belajar beroperasi tak terduga, atau bisa secara sistematis menerapkan prinsip itu dan memberi arah kepada perkembangan.
Pembelajaran perilaku operan juga dikenal sebagai pengkondisian, namun berbeda dengan pengkondisian refleks, menurut pengkondisian operan jika suatu operan terjadi dan diikuti oleh penguatan, kemungkinannya untuk terjadi lagi pun meningkat.

7.      Teori Penetapan Tujuan
Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku.
Teori ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada intuitif yang solid..
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Lima Prinsip Menetapkan Tujuan :
1.      Kejelasan
Tujuan yang terukur, jelas dan spesifik
2.       Challenge
Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan.orang sering termotivasi oleh pencapaian dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan makna prestasi yang diantisipasi. Ketika anda tahu bahwa apa yang anda lakukan akan di terima dengan baik, ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Rewards biasanya meningkatkan tujuan lebih sulit.jika anda yakin anda akan baik kompensasi atau imbalan untuk mencapai tujuan yang menantang.Yang akan meningkatkanantusiasme dan mendorong anda untuk menyelesaikannya.
Menetapkan tujuan yang smart link yang relevan erat dengan imbalan yang diberikan untuk  mencapai tujuan yang menantang.Tujuan yang relevan akan lebih lanjut tujuan organisasi anda dan ini adalah jenis tujuanyang sebagian besar majikan akan senang hati memberikan hadiah.
3.      Komitmen
Tujuan harus dipahami dan di sepakati jika mereka ingin menjadi efektif. Karyawan lebih cenderung “membeli,menjadi” tujuan jika mereka merasa, mereka adalah bagian dari menciptakan tujuan itu.
4.      Umpan balik
Selain memilih jenis yang tepat sasaran, tujuan program yang efektif harus mencakupi umpan balik.saran dan masukan memberika kesempatan untuk memperjelas harapan, tujuan menyesuaikan kesulitan dan mendapatkan pengakuan.
5.      Kompleksitas Tugas
Faktor terakhir dalam penentuan sasaran perkenalan teori dua persyaratan untuk sukses.untuk tujuan atau tugas yang sangat komploeks, lebih berhati hati untuk memastikan bahwa pekerjaan itu tidak berlebihan.

8.      Teori Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstern yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung eksterm itu menyangkut 2 orang atau benda. Bila 2 orang tersebut punya kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. Kalau tidak sama, maka akan terjadi pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidak adilan.
Pembagian Keadilan menurut Aristoteles yaitu :
1.         Keadilan Komulatif adalah perlakuan terhadap seseorang yang tidak melihat jasa yang dilakukannya, yakni setiap orang mendapat haknya.
2.         Keadilan Distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasanya yang telah dibuat, yakni setiap orang mendapat kapasitas dengan potensi masing-masing.
3.         Keadilan Findikatif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai kelakuannya, yakni sebagai balasan kejahatan yang dilakukan.
4. Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut John Rawls, fi lsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu fi lsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran”.
Pada intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya Istilah keadilan berasal dari kata adil yang berasal dari bahasa Arab. Kata adil berarti tengah. Adil pada hakikatnya bahwa kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Keadilan berarti tidak berat sebelah, menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak memihak. Keadilan juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana setiap orang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara memperoleh apa yang menjadi haknya, sehingga dapat melaksanakan kewajibannya.

9.      Teori Pengharapan
Teori harapan kadang disebut teori ekspektansi atau expectancy theory of motivationdikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964. Vroom lebih menekankan pada faktor hasil (outcomes), ketimbang kebutuhan (needs) seperti yang dikemukakan oleh Maslow andHerzberg. Teori ini menyatakan bahwa intensitas kecenderungan untuk melakukan dengan cara tertentu tergantung pada intensitas harapan bahwa kinerja akan diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya tarik dari hasil kepada individu.
Vroom dalam Koontz, 1990 mengemukakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.
Sehubungan dengan tingkat ekspektansi seseorang Craig C. Pinder (1948) dalam bukunyaWork Motivation berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat harapan atau ekspektansi seseorang yaitu:
a.         Harga diri.
b.         Keberhasilan waktu melaksanakan tugas.
c.         Bantuan yang dicapai dari seorang supervisor dan pihak bawahan.
d.         Informasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas
e.         Bahan-bahan baik dan peralatan baik untuk bekerja.
Sementara teori harapan menyatakan bahwa motivasi karyawan adalah hasil dari seberapa jauh seseorang menginginkan imbalan (Valence), yaitu penilaian bahwa kemungkinan sebuah upaya akan menyebabkan kinerja yang diharapkan (Expectancy), dan keyakinan bahwa kinerja akan mengakibatkan penghargaan (Instrumentality ). Singkatnya, Valence adalah signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil yang diharapkan.
Ini adalah kepuasan yang diharapkan dan tidak aktual bahwa seorang karyawan mengharapkan untuk menerima setelah mencapai tujuan. Harapan adalah keyakinan bahwa upaya yang lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai untuk melakukan pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi penting dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

BAB IV
PENUTUP

4.1            Kesimpulan
  Pengendalian yang efektif adalah proses memastikan aktivitas yang dijalankan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik sehingga mencapai target dan tujuan yang ingin dicapai dengan tepat sehingga dapat dijalankan dalam suatu aktivitas oganisasi.
Ada beberapa cara-cara untuk melakukan pengendalian di antara nya seperti pengawasan langsung, pengawasan tidak langsung, pengawasan berdasarkan pengecualian.
Selain itu beberapa teori juga di kemukakan dalam bab pembahasan tentang teori kepemimpnan daan teori-teori motivasi.


4.2            Saran
Alangkah baiknya kita sebagai pembaca memahami dan mengamalkan tentang bagaimana caa pengendalian yang efektif, kita sebagai pelaku ekonomi pun harus dapat mengendalikan segala nya yang menyangkut tentang peekonomian, contohnya saat kita mengeluakan uang untuk kepentingan pribadi atau besama pun harus di kendalikan dengan efektif sehingganya kita tidak terlalu banyak mengeluarkan sesuatu yang sia-sia.\

Daftar pustaka
·         Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian  dan Masalah (Jakarta        Gunung Agung 1989) Hal 198
·         Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,2002)  Hal 27
·         Tery Alih Bahasa oleh Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung : Alumni, 1986), Hal 63
·         Siagan Sondang, Fungsi-Fungsi Manajemen, (Jakarta bumi aksara, 2012) hal 36
·         Sadono Sukirno,Wan Sabri, Danny,Charles Sianturi, Kurniawan Pengantar Bisnis Edisi Pertama (Jakarta,2004) hal 93,94,99 dan 107
·         Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, (Jakarta Bina Aksara,2007) hal 26
·         Stoner, J.A.F, Freeman, R.E., Gilbert Jr, D.R (1995). Manajemen : Jilid I. Jakarta : Prenhallindo.

Related Posts:

  • Fungsi - Fungsi Manajemen MAKALAH Fungsi - Fungsi Manajemen Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Pengantar Bisnis Dosen Pengampu : Ambariyani M.E.SY Disusun oleh : Rizki Oktavian… Read More

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive